Kalimat syahadat dimulai dengan kalimat negasi, pemisahan semua ilah, lalu disusul dengan pengakuan bahwa hanya Allah, ilah satu-satunya. Mari kita membahas masalah ini dari perspektif musuh orang-orang beriman, yakni setan. Sengaja perspektif ini diambil sebagai awalan, karena kita yakin bahwa kita semua adalah hamba-hamba yang baik. Dan hamba-hamba yang baik selalu mengedepankan pemikiran yang baik, dan sesekali, kita harus mengetahui cara pandang setan untuk tetap menjaga kebaikan tersebut.
Tapi ternyata dalam kehidupan, logika kadang-kadang tidak berjalan lurus. Selalu saja ada orang-orang yang kita pikir mereka adalah orang-orang yang baik, tapi ternyata berpikiran dan berperilaku seperti setan.
Adalah satu kaidah dalam Islam, karena Allah menciptakan surga dan neraka, berarti Allah memang telah menyiapkan para penghuninya. Dan itu artinya, kita tidak akan masuk surga semuanya. Pernah ada seseorang yang bertanya, "Kalau begitu Allah tidak menginginkan semua orang menjadi baik ? Dan kalau begitu Allah tidak menginginkan semua orang masuk surga."
Kenyataannya memang iya. Karena, jika Allah mau, maka Allah akan memberikan petunjuk pada semua manusia. Allah akan mencabut syahwat dalam diri kita dan Allah akan mematikan setan di luar diri kita. Perkara selesai sudah. Tapi skenario kehidupan yang kita lalui tidaklah demikian. Di ujung kehidupan, ada surga dan neraka yang siap menanti dan menyambut kita di kemudian hari. Sedangkan di awal perjalanan, ada setan dan syahwat yang selalu menggoda. Dan di samping kanan kiri kita, ada malaikat yang bertugas mencatat seluruh perbuatan dan desir hati. Agar para malaikat ini netral, maka para malaikat tidak dilengkapi dengan syahwat. Maka, dengan demikian dimulailah panggung kehidupan manusia. Manusia melawan syahwat dan setan dalam waktu yang bersamaan.
Allah memang menurunkan pembantu-pembantu untuk menolong manusia. Tapi pertolongan-Nya tidak menyeluruh. Allah mengutus Rasul dan nabi-nabi sebagai pembantu Allah untuk menolong manusia memenangkan pertarungannya melawan syahwat dan setan dalam kehidupannya. Allah menurunkan kitab suci sebagai panduan dan pegangan. Tapi tetap, Allah tidak mematikan setan. Allah memberikan kita akal. Tapi tetap, setan tidak dimatikan.
Allah hanya memberikan kita, manusia ini, dengan perlengkapan tempur dan peralatan perang. Bagaimana cara dan strategi kita bertempur dan berperang, seluruhnya dikembalikan pada manusia itu sendiri. Musuhnya dijelaskan, hasil dari pertarungan juga telah digambarkan. Yang kalah masuk neraka, dan yang menang dijamin masuk surga.
Dan inilah kaidahnya, surga itu tidak diberikan secara cuma-cuma pada manusia. Ada harga yang harus kita bayar. Karena itu Allah menyatakan, "Apakah kalian menduga kalian akan masuk surga dengan ringan. Padahal Allah belum tahu siapa diantara kalian yang berjihad, dan diantara kalian yang bersabar diantara mereka yang berjihad."
Jika kaidah ini sudah kita pahami dan kita yakini, maka level selanjutnya adalah, bagaimana kita menyiapkan diri kita untuk melakukan pertempuran.
Ada kondisi lain yang semakin membuat pertempuran ini semakin seru. Keimanan diciptakan oleh Allah di dalam hati. Dan sifat hati, selalu berubah-ubah, tidak pernah permanen. Betapapun tinggi iman seseorang, maka imannya tidak pernah selalu bersifat permanen. Bisa jadi seseorang merencanakan korupsi saat ia sedang berthawaf keliling ka'bah. Dan bisa jadi seseorang merencanakan pertobatannya saat ia sedang dalam pelukan seorang perempuan. Bahwa ini adalah perzinaan yang terakhir yang akan ia lakukan. Jadi, selamanya tidak ada jaminan kondisi hati dalam posisi permanen.
Aturan dalam agama tidak menghilangkan kekuatan-kekuatan jahat dalam hati manusia. Tapi, aturan dalam agama meminimalisirnya dan pada saat yang bersamaan memperbesar semangat berbuat baik dalam diri kita menjadi pemenang. Karena itu, dosa adalah sebuah keniscayaan. Dan karena dosa adalah suatu keniscayaan, Allah menyiapkan bagi manusia jalan untuk kembali yang bernama tobat.
Kalau kita memahami rintangan ini dengan baik, maka yang harus kita cari tahu selanjutnya adalah cara melewati rintangan-rintangan. Allah menciptakan receiver di dalam diri kita untuk menerima godaan setan, bernama syahwat. Perangkat ini telah disiapkan sejak kita lahir ke dunia. Dan di luar diri kita, ada setan yang selalu siap mengirimkan sinyal-sinyal negatifnya. Inilah inti persoalan utama. Yang perlu kita tahu adalah, bagaimana cara kerja setan mengelola syahwat yang ada di dalam diri kita. Ada tujuh cara setan dalam mempengaruhi manusia. Dan setelah mengetahui tujuh cara ini, cari tahu, kita berada di kelas berapa !
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
bagus neh....terus update bang saya tunggu yg berikutnya...
BalasHapus