Senin, 02 November 2009

Syahadat, Keutamaan Yang Utama

Ada banyak hadits yang mengungkap bahwa syahadat itu adalah bagian terpenting dalam kehidupan di dunia. Misalnya saja, hadits nabi yang berbunyi,”Barangsiapa yang mengucapkan La ilaaha illa Allah, ia akan masuk surga.” Tapi tentu saja, syahadat yang diyakini dan dijalankan semua konsekuensinya.

Hadits yang lain. Rasulullah pernah bercerita tentang doa Nabi Musa kepada Allah. ”Wahai Tuhanku, ajarilah aku sesuatu yang dengan sesuatu itu aku akan selalu menyebut dan berdoa atas nama Mu.” Kemudian Allah berfirman, agar Musa mengatakan La ilaaha illa Allah.

Lalu Musa mengatakan, kalau kalimat yang satu itu, saya sudah tahu. Lalu Allah berfirman lagi,”Kalau saja seluruh lapisan langit dengan segala isinya, seluruh lapisan bumi dengan segala isinya disimpan dalam satu timbangan. Dibandingkan dengan kalimat La ilaaha illa Allah, maka kalimat ini lebih berat timbangannya.”

Dalam hadits lain juga disebutkan,”Kalimat yang afdhal yang pernah aku ucapkan dan juga diucapkan oleh nabi-nabi sebelumku adalah La ilaaha illa Allah.”

Ada seorang sahabat nabi yang sangat akrab, Muadz bin Jabal yang sedang dibonceng oleh nabi saat naik seekor unta. Lalu Rasulullah bertanya kepada Muadz,”Wahai Muadz, tahukah kamu hak Allah atas hambaNya dan apa hak hamba atas Allah ?”

”Allah dan RasulNya yang lebih tahu,” jawab Muadz.

”Hak Allah atas hamba, manusia tidak menyekutukan Allah dan manusia menyembah Allah. Dan hak hamba atas Allah adalah, Allah tidak akan menyiksa manusia yang tidak menyekutukan Nya,” sabda Rasulullah saw.

Lalu Muadz izin kepada Rasulullah saw, apakah hal ini boleh disampaikan kepada sahabat yang lain. Tapi Rasulullah saw menahannya, agar jangan memberitahu. Sebab dikhawatirkan akan memunculkan pemahaman yang salah dari rasa malas yang ada dalam diri manusia. Tapi di kemudian hari, Muadz bin Jabal mengabarkan juga hadits ini menjelang akhir hayatnya. Sebab ini adalah amanah ilmu yang harus disampaikannya.

Sebagai penutup, ada cerita tentang seorang hamba yang pernah mengatakan syahadat dalam hatinya. Sebuah cerita dari hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah tentang manusia terakhir yang akan masuk surga.

Di akhirat kelak, ada yang disebut dengan syafaat yang diberikan Rasulullah saw atas izin Allah. Atas izin Allah, Rasul meminta Allah mengeluarkan seluruh manusia yang ada di dalam neraka yang di dalam hati mereka ada secercah keimanan, meski sedikit.

Lalu Allah memerintahkan para malaikat penjaga neraka agar mengeluarkan orang-orang dari dalam neraka yang di dalam hatinya ada keimanan, meski hanya seberat dzarrah, atom. Atau setengahnya, atau seperempatnya, atau lebih kurang dari itu. Hingga tinggal satu orang yang di dalamnya dan berdoa kepada Allah,”Ya Allah, keluarkan aku dari api neraka.”

Lalu Allah bertanya, apakah setelah dikeluarkan dia tidak meminta apa-apa lagi ?

”Cukup ya Allah, keluarkan saja,” ujar sang hamba. Tapi saat telah dikeluarkan, wajahnya masih menatap kedahsyatan siksa api neraka, sehingga ia berdoa lagi agar Allah memalingkan wajahnya dari api neraka.

Setelah Allah memalingkan wajahnya dari neraka, dan sang hamba berjanji tidak meminta sesuatu lagi, kini sang hamba melihat pintu surga di kejauhan.

”Ya Allah, dekatkan aku ke pintu surga Mu,” doanya lagi. Lalu Allah bertanya, apakah setelah ini ia tidak akan meminta lagi, dan sang hamba menyanggupi. Tapi rupanya, setelah dekat, ia tak tahan untuk meminta agar Allah memasukkannya ke dalam surga yang nikmat.

Akhirnya sang hamba pun dimasukkan ke dalam surga. Ia diberi nikmat yang paling kecil. Paling sederhana. Dan diberilah dia lahan yang paling sempit. Dan lahan yang paling sempit itu adalah sama luasnya dengan sebuah negeri yang paling luas yang pernah ada di muka bumi.

Lalu sang hamba mengucapkan doa syukurnya. ”Segala puji bagi Allah yang telah memberikan aku kenikmatan. Tidak ada orang lain yang sehebat aku anugerah Nya.”

Sungguh, padahal ia menerima yang paling kecil dan paling sederhana. Dan kita, hari ini punya kesempatan untuk meraih yang lebih besar, bahkan yang paling besar, dengan cara menyelami makna syahadat dengan sebenar-benarnya makna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar